Breaking News

Tuesday, May 29, 2012

Solat Sunnat Istikharah


Solat Sunnat Istikharah
Solat ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk, terutama bila seseorang dalam keraguan memutuskan mana yang terbaik diantara dua perkara yang diragukan. Jika timbul keraguan dalam hati untuk memilih atau mengambil keputusan dalam sesuatu perkara, contohnya: apakah aku harus menolak atau menerima? Keraguan makin terasa, keputusan tidak dapat dipastikan setelah melihat masing-masing ada kelebihan dan keburukannya.

Oleh yang demikian, hendaklah menyerahkan pada Yang Maha Kuasa untuk memilihnya. Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dianjurkan solat istikharah dua rakaat.

Dengan mengharapkan agar ditunjukkan Allah untuk mendapatkan pilihan yang terbaik. Jika keraguan masih mempengaruhi fikiran untuk menentukan pilihan, ulangilah solat istikharah dan membaca doanya, walaupun pengulangan sampai 7 kali berturut-turut. Selepas itu, bertawakkal kepada Allah, pilihlah salah satu daripadanya, ambillah yang mana arah ‘hati’ lebih cenderung setelah berdoa. Jangan menimbulkan lagi keraguan, yakinlah bahawa itu adalah pilihan terbaik dari yang Maha Kuasa.

Jangan merasa kecewa andai ternyata dalam keputusan yang dipilih menimbulkan keinginan yang tidak disukai. Ingatlah bahawa ini adalah yang telah digariskan pada azali yang tidak dapat dielakkan, besar kemungkinan mengandungi hikmah, membawa kebaikan dimasa akan datang, hendaklah tetap mempunyai husnuz-zan kepada Allah.

Tata Cara Shalat Istikharah
Tata cara solat istikharah lebih kurang sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, iaitu berniat solat istikharah. dilaksanakan sebelum tidur ataupun setelah bangun tidur. Sangat baik dilakukan sesudah lewat tengah malam disaat sunyi, supaya hati lebih khusyuk dalam mengemukakan permohonan kepada Allah. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah.

Lafaz niat:-
Ushalli Sunnatal Istikharaati Rak’ataini Lillahi Ta’aala
Sahaja Aku sembahyang sunnat istikharah 2 rakat tunai kerana Allah Ta’ala

Rakaat pertama-
Baca surah Al-fatihah dan surah Al-kafirun

Rakaat kedua-
Baca surah Al-fatihah dan surah Al-ikhlas
Selepas salam, bacalah doa yang disarankan dalam istikharah.
Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: “Ya Allah, jika hal ini….(sebutkan namanya)”


Doa istikharah

Setelah selesai solat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:

doa-istikhaerah
Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata’lamu wa laa a’lamu, wa anta allaamul ghuyuub.
Allaahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wa ‘aaqibati amrii, ‘aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibatu amrii ‘aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni ‘anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir
Ertinya:-
“Ya Allah, aku memohon petunjuk memilih yang baik dalam pengetahuanMu, aku mohon ditakdirkan yang baik dengan kudratMu, aku mengharapkan kurniaMu yang besar. Engkau Maha Kuasa dan aku adalah hambaMu yang dhaif. Engkau Maha Tahu dan aku adalah hambaMu yang jahil. Engkau Maha Mengetahui semua yang ghaib dan yang tersembunyi.
Ya Allah, jika hal ini (***) dalam pengetahuanMu adalah baik bagiku, baik pada agamaku, baik pada kehidupanku sekarang dan masa datang, takdirkanlah dan mudahkanlah bagiku kemudian berilah aku berkah daripadanya.
Tetapi jika dalam ilmuMu hal ini (***) akan membawa bencana bagiku dan bagi agamaku, membawa akibat dalam kehidupanku baik yang sekarang ataupun pada masa akan datang, jauhkanlah ia daripadaku dan jauhkanlah aku daripadanya. Semoga Engkau takdirkan aku pada yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas setiap sesuatu.”
Read more ...

candi umbul





"...Kolam Kuno Pemandian Air Hangat di Komplek Candi Umbul Magelang..."
“…NRMnews - Magelang, Menyusuri Kota Magelang Provinsi Jawa Tengah, anda akan disuguhkan suasana yang nyaman dan sejuk dengan pemandangan indah dikelilingi pegunungan yang melingkar bak gelang beruntai mengitari wilayah ini. Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah ini memiliki lanskap budaya yang adiluhung peninggalan dua dinasti besar dalam sejarah Indonesia. Diantaranya adalahWangsa Syailendra, dinasti yang membangun Candi Borobudur, salah satu Keajaiban Dunia. Sebenarnya masih banyak peninggalan Wangsa Syailendra yang tersebar di sekitar wilayah Kabupaten Magelang, salah satunya adalah situs Kolam Pemandian Candi Umbul yang terletak di Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Magelang. Kolam pemandian Candi Umbul terkesan kuno… Kolam berasal dari batuan andesit, di dalam air kolam terdapat sejumlah umpak yang dapat digunakan untuk duduk-duduk, diperkirakan merupakan sisa pondasi tiang yang pada zaman dahulunya berfungsi sebagai penyangga atap.

"...Corak Ukiran Dinasty Syailendra di Tangga Kolam Permandian Candi Umbul..."
Sejumlah batuan situs berjejer di tepian kolam menggambarkan relief tumbuhan dan binatang, batu berbentuk mirip gong, arca gajah dan arca manusia yang terpotong badan atasnya merupakan bagian dari puncak candi. Secara keseluruhan Candi Umbul masih menampakkan nuansa peninggalan sejarahnya dari Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno. Terdapat dua kolam pemandian yang masing-masing berukuran 50 meter persegi dan 15 meter persegi. Kolam tersebut kini difungsikan sebagai tempat wisata renang, kolam pertama memiliki air hangat yang mengandung belerang, sementara kolam kedua lebih dingin dan sedikit lebih rendah dari kolam pertama, air kolam di limpahkan ke dalam saluran air dan mengalir menuju kolam penyerapan untuk diserap kembali ke dalam tanah. Gelembung-gelembung udara menyembul dari dasar kolam yang menyebabkan situs ini disebut Candi Umbul, umbul dalam bahasa Jawa berarti keluar atau menyembul. Airnya hangat dan dipercaya menyembuhkan sejumlah penyakit seperti kulit, reumatik, dan stroke.

"...Lanskap yang Indah dari Kolam Pemandian beserta Reruntuhan dan Stupa Candi Umbul..."
Air Hangat Candi Umbul juga dipercaya bisa membuat seseorang tambah cantik bila berendam di tempat tersebut karena airnya mengandung zat Saprophyl. Pemandian ini konon dahulunya sebagai tempat mandi para putri raja setelah mereka menjalani prosesi ritual di Candi Borobudur. Hingga kini pun, masyarakat Magelang dan kota sekitarnya sering memanfaatkan Candi Umbul untuk melakukan prosesi ritual. Seperti tradisi mandi Padusan untuk membersihkan diri menjelang bulan Ramadhan dan Tradisi Melasti umat Hindu Magelang dalam menyambut Hari Raya Nyepi. Tak banyak yang diketahui orang mengenai sejarah Candi Umbul, pemandian ini baru dibuka sekitar tahun 1870-an. Itu pun setelah Belanda memerintahkan untuk menggali peninggalan sejarah tersebut. Kabarnya kolam itu berada di bagian belakang kompleks percandian yang terletak di tepian aliran Kali Elo. Letusan Gunung Merapi Tahun 1906 telah mengakibatkan candi itu rusak dan terpendam oleh material vulkanik yang mengalir melalui kali itu.

"...Kompleks Candi Umbul Magelang Peninggalan Sejarah Dinasti Syailendra..."
Pondasi candi tak jauh dari kolam itu hingga kini masih terpendam di dalam tanah. Tempat pemandian yang dibuat pada masa Dinasti Syailendra ini sebenarnya ingin dibuat seperti Pemandian Taman Sari yang berada di Keraton Yogyakarta. Tapi karena terjadi perselisihan, tempat tersebut tidak tuntas penyelesaiannya. Untuk mencapai tempat pemandian air hangat ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Dari Semarang, waktu tempuhnya sekitar 60 menit. Anda bisa naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Kalau Anda memilih naik kendaraan umum, cobalah naik bus Semarang yang mengarah ke Yogyakarta, Wonosobo, atau Magelang. Turun di daerah Pringsurat. Ada papan besar di sebelah kiri jalan yang menunjukkan tempat pemandian berada. Untuk mencapai pemandian tersebut, Anda harus berjalan masuk sejauh 600 meter. Jika dari Magelang, bisa ditempuh dengan bus mini jurusan Grabag dari terminal Tidar, nanti akan ada papan jalan yang menunjukkan lokasi pemandian, namun jaraknya lebih jauh, sekitar 2 kilo. Akan tetapi, Biaya masuk pemandian ini terbilang murah. Dengan Rp 4000 saja, Anda sudah bisa berendam sepuasnya di pemandian air hangat ini.
( Oleh :  Red NRMnews / D.P Ganatri )
Read more ...

Monday, May 28, 2012

Cangkriman


Cangkriman

Cangkriman, cangkriman! Bahasa Indonesiane ya tebak - tebakan / teka - teki . .

1. Cangkriman wantah:
  • Pak Boletus : Tepak kebo lelene satus
  • Burnas kopen : Bubur panas kokopen
  • Pindhang kileng : Sapi ning kandhang, kaki mentheleng
  • Wiwa wite, lesbo dhonge, karwa pake : Uwi dawa wite, tales amba godhonge, cikar dawa tipake
  • Pak lawa : Tepak ula dawa
  • Bot ginawa entheng, theng ginawa abot : Klobot ginawa entheng, genteng ginawa abot
  • Surles pe dheg wer - weran : Susur teles dipe nang gedheg jewer - jeweran
2. Cangkriman pepindhan:
  • Pitik walik saba kebon (nanas)
  • Sega sakepel dirubung tinggi (salak)
  • Ora mudhun - mudhun yen ora nggawa mrica sakanthong (kates)
  • Pitik walik saba meja (sulak, kemocek)
  • Emboke dielus - elus anake diidak - idak (anda)
  • Gajah nguntah sakrah (pawon)\
  • Ing dhuwur wayangan, ing ngisor jedhoran (undhuh krambil)
  • Kebo bule cancang merang (buntil)
  • Disuguhi opak angin (ora disuguh apa - apa)
  • Anake gelungan, ibune ngrembyang (pakis)
  • Wis gedhe kok ngguyu tawa (nangis)
  • Yen ibune siji anake loro, yen anake siji ibune loro, yen ibune telu ora duwe anak (salak)
  • Lawa lima, kalong telu dadi pira (wolu)
Read more ...

Tembung Entar
yaiku tembung kang tegesé ora kaya makna saluguné (kata kiasan).
Umpamané:
  • Abang-abang lambé: Ora tenanan/ora serius
  • Abang rainé: Nandhang isin
  • Abang kupingé: Kesuh/nesu banget
  • Adus kringet: Nyambut gawé abot banget
  • Adol kringet: Nyambut gawé
  • Ala jenengé: Ora iso dipercoyo
  • Bening ati: Sumèh
  • Cagak urip: Nggo nyukupi kabutuhan urip
  • Dawa tangané, tegesé clemer, seneng nyolong.
  • Dawa ususe tegesé sabar.
  • Jembar segarané, tegesé seneng ngapura kasalahané liyan.
  • Kuat isin: Ora tau isin
  • Ora duwé ati: Wong sing tega
  • Lunyu ilaté, tegesé mencla-ménclé.
  • Wani mati: Kendel banget/rada nekad
  • Weteng karèt: Akèh mangané
Tembung saroja
iku tembung kang rinakit seka rong (2) tembung kang (mèh) padha tegesé lan bisa nuwuhaké makna kang luwih teges. Bisa maknané perkara kang ana sesambungané, bisa uga kahanan kang mbangetaké.
Tuladha:
  • sato kéwan = perkara kéwan
  • ayem tentrem = tentrem tenan
  • tepa tuladha = tuladha
  • tresna asih = asih tenan
  • colong jupuk = perkara nyolong utawa kagiatan nyolong.

Tembung Kerata Basa(makna kata dari penjabaran kata asalnya)
Desember :gede-gede sumber
gedhang : digeget sakbubare madhang,
kerikil : keri nang sikil
Sepeda : asepe tidak ada
Sepur :asepe metu ndhuwur
Bapak = bab apa-apa pepak (pepak kawruh lan pengalaman)
Bocah 
= mangane kaya kebo, pagaweane ora kecacah
Brekat 
= mak breg diangkat
Cangkir 
= dianggo nyancang pikir
Cengkir 
= kencenging pikir
Copet 
= ngaco karo mepet-mepet
Garwa 
= sigaraning nyawa
Gedhang 
= digeget leh bar madhang
Gethuk 
= yen digeget karo manthuk-manthuk
Guru 
= digugu lan ditiru
Gusti 
= bagusing ati
Kaji 
= tekade siji (ngantebi panembahe marang Gusti Allah)
Kathok 
= diangkat sithok-sithok
Kodhok 
= teka-teka ndhodhok
Kutang 
= sikute diutang
Krikil 
= keri ing sikil
Kuping 
= kaku njepiping
Tembung rurabasa
kuwi tetembungan sing ajeg panganggoné sanadyan salah kaprah. Contoné antara liya:
  • mangan awan = mangan sega wanci awan
  • mènèk klapa = mènèk wit klapa
  • ndhudhuk sumur = ndudhuk lemah digawé sumur
  • nglinthing rokok = nglinthing klobot digawé rokok
  • nulis layang = nulisi dluwang supaya dadi layang
  • nunggu manuk = nunggu sawah supaya pariné ora dipangan manuk
Cangkriman
bisa dipérang jorining telung golongan yakuwi: Cangkriman Wancah, cangkriman pepindhan lan cangkriman awujud tembang.
  • Cangkriman wantah
Cangkriman iki arupa cekakan saka tembung kang kagandhèng dadi siji. Tuladhha:
  • Burnas kopen : Bubur panas kokopen
  • Pak boletus :tepak kebo léléné satus
  • Pindhang kileng : Sapi nang kandhang, kaki mentheleng
  • Wiwa wité, lesbodhongé, karwa paké : uwi dawa uwité, tales amba godhongé, cikar dawa tipaké
  • Cangkriman pepindhan
Cangkriman iki awujud ukara kang dadi pepindhan tumrap jeneng kang kudu dibatang. Tuladha:
  • Pitik walik saba kebon : nanas
  • Sega sekepel dirubung tinggi : salak
  • Ora mudhun-mudhun yèn ora nggawa mrica sakanthong : katès
  • Pitik walik saba méja : sulak, kamocsudyszed
  • Gajah nguntal sangkrah : pawon
  • Kebo bulé cancang merang : buntil
  • Cangkriman awujud tembang
Cangkriman iki rinakit arupa tembang. Tuladha:
  • Bapak pucung, rèntèng-rèntèng kaya kalung. Dawa kaya ula, pencokanmu wesi miring. Sing disaba, si pucung mung turut kutha. (sepur)
  • Bapak pucung, dudu watu dudu gunung. Sangkamu ing Plémbang, ngon ingoné sang Bupati. Yèn lumampah, si pucung lèmbèhan grana. (gajah)
  • Bapak pucung, dudu watu dudu gunung. Sabamu ing sendhang, péncokanmu lambung kéring. Praptèng wisma, si pucung muntah kuwaya. (klenthing/jun)
raimu eleng tekus

PURWAKANTHI
Purwakanthi utawa aliterasi iku unen-unen utawa ukara kang runtut basa utawa sastrane. Purwakanthi kang runtut basane jenenge purwakanthi basa, dene yen ing sastra sinebut purwakanthi sastra. Purwakanthi bisa awujud ukara lumrah, bisa uga ngamot paribasansaloka, utawa tembang. Purwakanthi bisa digolongake dadi telu, yakuwi: Purwakanthi guru swara, Purwakanthi guru sastra lan Purwakanthi Lumaksita.
Purwakanthi Guru Swara
  • Aja dumè menang, banjur tumindak sawenang-wenang
  • Ana awan, ana pangan
  • Ana dina, ana upa
  • Ati karep, bandha cupet
  • Bareng wis makmur, lali marang sedulur
  • Becik ketitik, ala ketara
  • Gelem obah, mesthi mamah
  • Inggah inggih, ora kepanggih
  • Ijo-ijo godhong kara, bareng bodho lagi rumangsa
  • Ireng-ireng kétok untuné, bareng seneng kétok guyuné
  • Ora cepet, ora ngliwet
  • Thenguk-thenguk, nemu kethuk
  • Tuwas sayah, ora paédah


Purwakanthi Guru Sastra
  • Aja dhemen memada samèng dumadi
  • Bobot, bibit, bèbèt
  • Janji jujur, jajahané mesthi makmur
  • Sing sapa salah sèlèh
  • Sing wèwèh bakal wuwuh
  • Sluman slumun slamet
  • Tata titi tentrem
Purwakanthi Lumaksita
  • Asung bekti, bektiné kawula marang Gusti
  • Bayem arda, ardané ngrasuk busana
  • Lungguh dhingklik, dhingkliké wong cilik-xilik
  • Nandang lara, laraning wong lara lapa
  • Pandhu suta, suta madyaning Pandhawa
  • Raja putra, putra dalemé Ngastina
  • Saking tresna, tresnané mung samudana

Panyandra

Saka Wikipédia, Ènsiklopédhi Bébas ing basa Jawa / Saking Wikipédia, Bauwarna Mardika mawi basa Jawi
Langsung menyang: pandhu arahgolèk
Panyandra iku digunaaké kanggo pepindhan. Tembung candra nduwé teges rembulan. Ananging lakuné jaman, candra uga dienggo kanggo pepindhan marang sawijining kahanan kang mèmper karo kanyatan.
Tuladha:
  • Untuné miji timun : untuné tumata rata kaya wiji-wiji timun.
  • Pundhaké nraju emas
  • Bangkèkané nawon kemit : bangkèkané kaya prajurit tawon.
  • Alisé nanggal sepisan : alisé kaya rembulan ing tanggal siji, mlengkung cilik.
  • Matané ndamar kanginan : matané kaya damar (diyan) sing kena angin, riyip-riyip.
  • Drijiné mucuk eri : drijiné kaya eri sing lancip-lancip.
  • Lambéyané mblarak sempal : lambéyané kaya blarak sing sempal kena angin.



YogaSwara
Tembung Yogaswara yaitu 2 kata yang digabung menjadi satu dimana pengucapan kedua kata tersebut hampir sama atau mirip. Tembung Yogaswara untuk menjelaskan atau mengandung arti laki-laki dan perempuan.
Misalnya:
Dewa-Dewi
Bathara-bathari
Gandarwa-gandarwi
Pemudha-pemudhi
Putra-putri
Raksesa-raksesi
Widadara-widadari
Prameswara-prameswari
Apsara-apsari
Gedhana-gedhini
dst...


DASANAMA
  • Abang = abrit, mbranang, dadu, jingga, merah, rekta
  • Alas = jenggala, wana, wanadri
  • Anak = atmaja, putra, putri, siwi, sunu, suta, tanaya, weka, yoga
  • Angin = bayu, braja, maruta, pawana, riwut, samirana, sindhung
  • Ati = driya, galuh, kalbu, nala, panggalih, prana, tyas, wardaya
  • Awak = angga, badan, raga
  • Banyu = her, tirta, warih
  • Bapak = rama, sudarma, sudarmi, yasadarma, yayah
  • Bledhèg = bajra, erawati, gelap, glidhug, grah, guntur, gurnita, pater, thathit
  • Bodho = blilu, dama, jugul, kumprung, mudha, pengung, pingging, pinggung
  • Bumi = bawana, buwana, bantala, basundara, basundari, butala, buntala, jagad, kisma, mandhala, pratiwi, pratala
  • Buta = asura, danuja, diyu, ditya, denawa, yaksa, kelana, raseksa, wil
  • Dalan = dlanggung, enu, gili, hawan, lebuh, lurung, marga, ratan, sopana
  • Déwa = apsara, bathara, déwata, hyang, jawata, sura, widadara
  • Gajah = asti, dipa, dipangga, diradha, esthi, liman
  • Gawé = kardi, karya, karti, yasa
  • Geni = api, piyu, brama, dahana, latu, pawaka
  • Getih = ludira, rah, rudhira
  • Gunung = aldaka, ancala, ardi, bukita, giri, meru, parwata, prabata, redi, wukir
  • Ibu = biyang, biyung, indhung, puyengan, rena, umi, wibi
  • Ireng = cemeng, langking, kresna, jlitheng
  • Iwak = matswa, mina, ulam
  • Jaran = aswa, kapal, kuda, swa, titihan, turangga, undhakan, wajik
  • Jeneng = asma, jejuluk, parab, sambat, rum-rum, wewangi
  • Kali = bangawan, loh, narmada
  • Kanca = kanthi, réwang, rowang
  • Kaya = kadi, kadya, lir, mimba, pendah, pindha, yayah
  • Kebo = maésa, misa, mundhing
  • Kembang = kusuma, padma, puspita, sekar
  • Kethèk = juris, kapi, munyuk, palwaka, pragosa, rewanda, wanara, wre
  • Kraton = dhatulaya, kadhaton, kadhatun, pura, puri
  • Kuning = jenar, kapuranta, pita
  • Lanang = jaler, jalu, kakung, priya
  • Langit = akasa, antariksa, awang-awang, bomantara, dirgantara, gegana, jumantara, tawang, widik-widik, wiyati, wyat
  • Lintang = kartika, sasa, sudama, tranggana, wintang
  • Macan = mong, sardula, singa
  • Mangan = boga, bukti, dhahar, madhang, sadhah, nedha
  • Manuk = kaga, kukila, paksi, peksi
  • Manungsa = jalma, jana, janma, manus, nara, wong
  • Mata = aksi, eksi, mripat, pandulu, nètra, soca
  • Mati = antaka, ngemasi, lalis, lampus, layon, lena, mancal donya, murud, padhem, palastra, pralaya, pralèna, sèda, tinggal donya, tilar donya
  • Mayit = bangkè, jisim, kunarpa, kuwanda, wangkè, sawa
  • Misuwur = kajanapriya, kajuwara, kalok kaloka, kasub, kawarti, kasutra, kawentar, kaonang-onang, kombul, kondhang, kongas, kontap
  • Omah = graha, griya, panti, wisma, yasa
  • Panah = astra, bana, jemparing, naraca, sara, warastra
  • Pandhita = ajar, dwija, dwijawara, maharsi, mahayeksi, muni, resi, suyati, wiku, wipra, yogiswara
  • Perang = bandayuda, jurit, laga, pupuh, rana, yuda
  • Pinter = guna, lebda, limpad, nimpuna, putus, wasis, widigda, widura, wignya
  • Putih = dwala, pingul, sèta
  • Ratu = aji, buminata, bumipala, bumipati, dhatu, katong, naradipa, naradipati, narpa, narpati, narendra, nareswara, nata, pamasa, parameswara, raja, sri, sirbupati
  • Rembulan = badra, basanta, candra, lek, sasadra, sasn=angka, sasi, sitoresmi, sitengsu, wulan
  • Segara = ernawa, jalanidhi, jaladri, laut, samodra, tasik, udaya
  • Sedhih = duhkita, kingkin, margiyuh, rimang, rudah, rudatin, rudatos, rudita, sungkawa, susah, tikbra, turida, wigena
  • Sènapati = bretyapati, hulubalang, narawara, sènapatya
  • Sirah = kumba, murda, mastaka, ulu, utamangga
  • Slamet = basuki, raharja, rahayu, swasta, sugeng, yuwana, widada
  • Srengèngè = arka, aruna, bagaskara, bagaspati, baskara, dèwangkara, pradangga, radutya, raditè, rawi, surya, we
  • Ula = naga, sarpa, sawer, taksaka
  • Wadon = dayinta, dyah, gini, juwita, kusuma, putri, retna, rini, wanita, wanodya, widawati
  • Weruh = anon, myat, priksa, udani, uning, uninga, upiksa, wikan, wrin

ASMARADHANA
Asmaradana utawa Asmarandana iku sawijining jinis tembang macapat. Tembang Asmarandana umume kanggo wong sing lagi gandrung kapirangu. Yen dideleng wantah, Asmarandana dijupuk seka asmara kang artinetresna, lan dahana kang artine geni. Mula saka kuwi, Asmarandana isine wuyung lan samubarang kang magepokan karo tresna.
Étimologi
Pupuh bisa 'asmaradana' digandhèngaké karo Smaradahana.
Metrum
Asmarandana diracik saben pada (bait) ana 7 gatra (larik).
  • 8-i
  • 8-a
  • 8-é
  • 8-a
  • 7-a
  • 8-u
  • 8-a
Read more ...
Designed By NURYONO